PT Sri Rejeki Isman (Sritex) dinyatakan pailit
PT Sri Rejeki Isman (Sritex) dan tiga anak usahanya, yang telah menjadi tulang punggung industri tekstil Indonesia, kini menghadapi kenyataan pahit kepailitan yang diputuskan oleh Pengadilan Negeri Niaga Semarang. Kepailitan ini merupakan pukulan berat bagi perusahaan yang telah beroperasi selama lebih dari lima dekade, di mana mereka telah melewati berbagai tantangan dan membuktikan diri sebagai produsen tekstil terkemuka di Asia Tenggara.
Sejak pendiriannya pada tahun 1966 oleh H.M. Lukminto, Sritex telah berkembang pesat, bahkan menjadi pemasok seragam militer untuk NATO dan tentara Jerman. Keberhasilan ini menunjukkan kemampuan adaptasi dan inovasi Sritex di tengah pasar global yang kompetitif. Namun, berbagai faktor internal dan eksternal menyebabkan perusahaan ini harus menghadapi kenyataan yang sulit saat ini.
"Pailit" adalah istilah hukum yang digunakan untuk menggambarkan situasi di mana suatu perusahaan atau individu tidak mampu membayar utang-utangnya sebagaimana yang ditetapkan oleh pengadilan. Status pailit ditentukan melalui proses hukum dan membawa implikasi seperti likuidasi aset perusahaan untuk membayar kreditur. "Bangkrut," meskipun sering digunakan secara bergantian dengan "pailit," lebih merujuk pada kondisi keuangan yang buruk secara umum tanpa implikasi hukum langsung. Dalam konteks Sritex, kepailitan menunjukkan bahwa perusahaan secara resmi dinyatakan tidak mampu memenuhi kewajiban keuangannya dan harus menjalani proses hukum untuk menyelesaikan utang-utang tersebut, mengarah pada bangkrut secara finansial dan operasional.
Sejarah PT Sri Rejeki Isman (Sritex)
PT Sri Rejeki Isman (Sritex) didirikan pada tahun 1966 oleh H.M. Lukminto. Berawal dari perusahaan perdagangan tradisional di Pasar Klewer, Solo, Sritex berhasil membuka pabrik cetak pertamanya pada tahun 1968 yang menghasilkan kain putih dan berwarna. Pada tahun 1978, perusahaan ini secara resmi terdaftar sebagai perseroan terbatas di Kementerian Perdagangan. Langkah ini menandai awal mula Sritex sebagai salah satu produsen tekstil terkemuka di Indonesia.
Pada tahun 1982, Sritex mendirikan pabrik tenun pertama mereka dan terus memperluas fasilitas produksinya. Pada tahun 1992, pusat produksi Sritex berhasil mengintegrasikan empat lini produksi dalam satu atap: pemintalan, penenunan, sentuhan akhir, dan busana. Keberhasilan ini tidak hanya menunjukkan kemampuan operasional Sritex tetapi juga menempatkannya sebagai pemain utama di industri tekstil Indonesia.
Sritex tidak hanya fokus pada pasar domestik, tetapi juga merambah ke pasar internasional. Keberhasilan mereka dalam menjadi produsen seragam militer untuk NATO dan tentara Jerman adalah bukti kemampuan Sritex dalam memenuhi standar kualitas global. Selain itu, Sritex juga memproduksi pakaian jadi untuk merek-merek fashion ternama seperti ZARA, Guess, dan Timberland. Keberhasilan Sritex di pasar global merupakan pencapaian luar biasa yang membantu perusahaan ini bertahan melalui berbagai tantangan, termasuk Krisis Moneter 1998.
Raksasa tekstil PT Sri Rejeki Isman atau Sritex bersama tiga anak usahanya (PT Sinar Pantja Djaja, PT Bitratex Industries, dan PT Primayudha Mandirijaya) dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang. Putusan ini tertuang dalam perkara nomor 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg terkait pembatalan perdamaian yang tercatat pada 2 September 2024 lalu. Sidang ini dipimpin oleh Hakim Ketua Moch Ansar di ruang sidang R.H. Purwoto Suhadi Gandasubrata, S.H.
Kejayaan Sritex di Dunia Internasional
Sritex dipercaya menjadi produsen seragam militer untuk NATO dan tentara Jerman. Berkat itu Sritex selamat dari Krisis Moneter 1998 dan berhasil melipatgandakan pertumbuhannya sampai delapan kali lipat dibanding waktu pertama kali terintegrasi pada 1992. Di sektor pakaian jadi atau garmen, beberapa brand fashion terkenal seperti ZARA, Guess, dan Timberland juga diproduksi di pabrik PT Sritex.
Untuk seragam militer, pakaian hasil produksi Sritex memiliki kemampuan khusus seperti anti peluru, anti api, anti radiasi, dan anti infra merah. Saat ini, setidaknya sudah ada 30 negara yang memesan seragam untuk pasukan militernya ke PT Sritex. Untuk TNI, PT Sritex juga memproduksi seragam dengan kemampuan luar biasa, antara lain anti air, anti api, bahkan anti nyamuk. Selain seragam, PT Sritex juga memproduksi perlengkapan militer lain seperti ransel serbu dan tenda anti air. PT Sritex juga turut andil dalam pembuatan kendaraan militer seperti Hovercraft milik TNI.
PT Sri Rejeki Isman Tbk Pailit
Kejayaan produsen tekstil terbesar se-Asia Tenggara ini mulai meredup seiring dengan berbagai tantangan yang dihadapi, baik dari sisi internal maupun eksternal. Sritex, yang dahulu menjadi kebanggaan industri tekstil Indonesia, harus menghadapi kenyataan pahit dengan menurunnya kinerja perusahaan.
Selama beberapa tahun terakhir, Sritex mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban pembayaran kepada para krediturnya. Situasi ini semakin memburuk hingga akhirnya pemohon memutuskan untuk membawa kasus ini ke Pengadilan Negeri Niaga Semarang.
Pada akhirnya, Pengadilan Negeri Niaga Semarang menyatakan Sritex dan tiga anak usahanya pailit. Putusan ini tidak hanya menjadi penutup bagi perjalanan panjang Sritex, tetapi juga menjadi catatan penting dalam sejarah industri tekstil Indonesia.
Artikel Terkait
Terpopuler
Rekomendasi
Feed